Ratusan warga Kedumulyo mendatangi Kantor Kepala Desa Kedumulyo untuk bertemu dengan Kepala Desa. Warga ingin bertanya kepada Kepala Desa tentang kejelasan berita akan dibebaskannya tanah bengkok untuk pendirian Pabrik Semen Gresik. Ratusan warga yang dating kecewa karena warga hanya bisa menemui Kasi Pemerintahan (Bayan), sedangkan Suwono, Kepala Desa Kedumulyo, tidak berada di Kantor Desa maupun di rumahnya. Setengah jam kemudian puluhan polisi dating.
Tanggal 21 Januari 2009
– Pkl 09.00 WIB
Ratusan warga Kedumulyo mendatangi Kantor Kepala Desa Kedumulyo untuk bertemu dengan Kepala Desa. Warga ingin bertanya kepada Kepala Desa tentang kejelasan berita akan dibebaskannya tanah bengkok untuk pendirian Pabrik Semen Gresik. Ratusan warga yang dating kecewa karena warga hanya bisa menemui Kasi Pemerintahan (Bayan), sedangkan Suwono, Kepala Desa Kedumulyo, tidak berada di Kantor Desa maupun di rumahnya. Setengah jam kemudian puluhan polisi dating.
Beberapa ratus meter dari Kantor Desa, sedang berlangsung pertemuan warga pro-semen dengan pihak Semen Gresik dan Pemda Kabupaten Pati. Menurut berita yang diterima warga, agenda pertemuan ini adalah rencana pembebasan lahan warga dan tanah bengkok desa.
– Pkl. 10.00 WIB
Keadaan di kantor desa sempat memanas ketika seorang pemuda pro-semen yang tengah mabuk memaksa mengeluarkan Bayan yang sedang berbincang dengan Darto warga. Ulah pemuda mabuk ini memancing emosi warga sehingga sempat terjadi keributan kecil. Puluhan polisi kembali dating ke Kantor Desa Kedumulyo.
– Pkl. 10.30 WIB
Warga masih terus berorasi sambil membentangkan poster yang berisi kecaman terhadap Semen Gresik yang akan mencaplok tanah sawah dan bengkok mereka. Berikut press release yang dibuat oleh warga dalam aksi ini:
Jangan Ganggu Tanah Bengkok Warga Kedumulyo
Sejak rencana pendirian pabrik semen disosialisasikan di desa kami, desa Kedumulyo, telah banyak terjadi keresahan, ketegangan dan pertentangan yang dimunculkan. Pendirian pabrik semen ini membuat warga desa kami terbagi antara mereka yang pro pabrik semen dan kami yang menolak pabrik semen. Pertentangan ini terkadang diwarnai dengan persingungan fisik, intimidasi dan berbagai perselisihan antar tetangga.
Mayoritas warga Kedumulyo, yang menolak rencana pendirian Pabrik Semen, merasa kehidupan kami selama ini sudah lebih dari cukup. Pekerjaan kami sebagai petani telah mampu menghidupi kami dan keluarga kami sehingga kami menolak untuk dijadikan buruh pabrik Semen Gresik. Apalagi sampai digusur karena lahan pertanian kami diambil oleh PT Semen Gresik. Kami lebih memilih untuk menjadi petani karena dengan pekerjaan ini kami merasa lebih bebas, tidak diatur-atur oleh siapapun dan bisa mewariskan tanah yang kami garap kepada anak cucu kami.
Warga Kedumulyo kembali resah ketika muncul isu akan dibebaskannya tanah bengkok untuk keperluan Pabrik Semen Gresik. Memangnya tanah bengkok itu milik siapa? Tanah bengkok yang ada merupakan tanah milik seluruh warga Kedumulyo. Kepala Desa hanya "dititipi" bengkok oleh warga sehingga dia atau siapapun tidak berhak untuk menjualnya kepada pihak Semens Gresik. Warga Kedumulyo lah yang memiliki tanah bengkok. Maka kami minta Kepala Desa untuk tidak memberikan pintu masuk kepada siapapun yang ingin membebaskan tanah bengkok Desa Kedumulyo. Dengan ini kami menyatakan MENOLAK PEMBEBASAN TANAH BENGKOK UNTUK PT SEMEN GRESIK!!
– Pkl. 12.00 WIB
Dengan mendapat pengawasan dari beberapa polisi berpakian preman, warga berjalan meninggalkan kantor Desa menuju tanah bengkok yang berjarak beberapa ratus meter. Mereka memasang patok di tanah bengkok desa mereka. Beberapa tulisan yang juga ikut ditancapkan antara lain "Tanah bengkok adalah milik rakyat".
– Pkl. 12.30 WIB
Aksi damai berakhir dengan menyisakan rasa jengkel bagi warga karena tidak dapat menemui Kepala Desa. Suasana Desa Kedumulyo memanas.
Tanggal 22 Januari 2009
– Pkl. 09.00
Warga sekitar Dukuh Curug, salah satu dari dua jalan masuk menuju rumah Kepala Desa Kedumulyo, bertemu dengan beberapa mobil pegawai Semen Gresik. Ia sempat memperingatkan kepada sopir mobil-mobil berplat nomor W ini agar tidak memasuki desa Kedumulyo karena situasi warga sedang "memanas". Beberapa mobil ini kemudian berbalik arah.
Bukannya membatalkan niat, mereka malah masuk Desa Kedumulyo lewat Dukuh Puri untuk menuju rumah Kepala Desa sambil sesekali berhenti dan melihat tanah sawah di Desa Kedumulyo.
– Pkl 10.30
Tersiar berita bahwa warga menghentikan enam mobil mobil Semen Gresik di dukuh Puri, sekitar 1 km dari rumah Kepala Desa. Berita ini membuat ratusan warga dari berbagai desa yang tergabung di wilayah Kecamatan Sukolilo dan Kayen dating ke lokasi penahanan mobil.
Dalam aksi penahanan ini warga menuntut agar dipertemukan dengan warga untuk mengetahui kejelasan pembebasan lahan bengkok. Warga merasa hanya inilah satu-satunya jalan dan kesempatan untuk berdialog dengan Kepala Desa karena saat aksi hari kemarin mereka gagal menemui warga.
Dari informasi yang dikumpulkan warga, orang-orang Semen Gresik ini menduduki jabatan sebagai tim konsultan dari Semen Gresik. "Saya hanya pekerja di Semen Gresik Mas." Kata salah seorang penumpang di mobil Kijang Inova silver yang ditahan. Tiga belas orang SG yang ditahan ini adalah Ari Wardana, Faizal, Suntoro, Arifin, Yoyong, Maemun, Jarwanto, Suntari, Sulkhan, Eko, Maulana, Khairul, Ghaafar, dan M. Buswan.
Sambil menumpuk batu dan kayu di depan dan belakang deretan mobil yang ditahan, warga bercerita bahwa dua mobil yang ikut dalam rombongan ini lolos. Ulah orang-orang SG yang masih menghidupkan AC sempat membuat warga emosi. Mereka kemudian memerintahkan untuk mematikan AC mobi. "Biar tahu panasnya Kedumulyo Pak!" Teriak seorang warga di jendela salah satu mobil yang mulai dibuka karena penumpangnya kepanasan.
– Pkl. 11.00
Warga dari beberapa desa datang semakin banyak. Sambil melakukan koordinasi, warga terus mengingatkan agar warga tidak bertindak anarkhis dan menjaga keselamatan mobil dan penumpang yang ditahan. "Kalau ada yang bertindak anarkhis kita amankan sendiri!" Kata salah seorang warga.
Sambil menunggu berita dari pihak Kepala Desa, warga meminta orang-orang di mobil yang ditahan untuk membuat surat pernyataan yang intinya meminta pihak Semen Gresik tidak akan melakukan kegiatan apapun berkaitan dengan rencana pendirian pabrik sebelum ada penelitian bersama dari tim yang dibentuk oleh Gubernur bersama warga. Surat pernyataan yang telah ditandatangi oleh orang-orang Semen Gresik ini tak bisa dilampiri foto copyan KTP mereka karena hari ini listrik mati sejak pagi hari. Semua rental computer, foto copyan. Lebih parah lagi, tower telfon seluler di Sukolilo tak berfungsi seperti biasanya sehingga sulit sekali melakukan koordinasi via HP.
– Pkl 12.00
Camat Sukolilo dan Kapolsek Sukolilo datang ke lokasi untuk bernegosiasi dengan dengan warga. Kedua orang ini bersedia menyampaikan permintaan warga yang ingin bertemu dengan Kepala Desa.
– Pkl. 12.45
Warga kecewa dengan berita yang dibawa Camat dan Kapolsek yang kembali dari rumah Kepala Desa. Kepala Desa akan mengirim perwakilan untuk bertemu dengan warga. Warga menolak mentah-mentah tawaran ini. "Kalau bukan kepala desa yang datang, sampai besok pun mobil-mobil ini tetap akan disini!" teriak warga.
Camat kemudian mengusulkan agar perwakilan warga dan Kepala Desa bertemu di Kantor Kecamtan untuk menegosiasikan tuntutan warga. Warga kembali menolak.
– Pkl. 14.00
Camat mengabarkan bahwa Kepala Desa siap menerima lima perwakilan warga untuk datang ke rumahnya. Warga kemudian membuat surat pernyataan yang nantinya akan ditandatangani Kepala Desa. Ada dua surat pernyataan, surat pertama, meminta kepada Kepala Desa untuk menolak pendirian pabrik Semen Gresik di wilayah Kedumulyo. Jika ia tidak mau menandatangi surat ini, sudah disiapkan suarat pernyataan kedua yang intinya Kepala Desa harus mengikutsertakan seluruh warga dalam semua urusan yang berkaitan dengan rencana pendirian pabrik semen Gresik.
Satu peleton Samapta lengkap dengan tameng dan pentungan diterjunkan. Beberapa warga terus memperingatkan kepada warga yang lain untuk tetap tenang dan tidak terpancing tindakan provokatif dari Polisi.
– Pkl 15.30
Beberapa orang perwakilan warga diminta intel Polsek untuk berkumpul di sebuah rumah tak jauh dari lokasi penahanan. Di rumah ini warga diminta untuk "memperbaiki" redaksional surat pernyataan yang akan ditandatangani oleh Kepala Desa Kedumulyo. Entah apa yang terjadi, perwakilan warga ini tak jadi berangkat ke rumah Kepala Desa.
Ratusan perempuan dari beberapa desa yang menumpang truk masih terus berdatangan.
– Pkl. 17.00
Camat Sukolilo dan Kapolsek yang kembali mendatangi Kepala Desa untuk bernegosiasi tak kunjung memberitakan hasil negosiasi yang dilakukan.
Samapta terlihat meninggalkan lokasi dan mulai terlihat beberapa personil Brimob berpakian serba hitam lalu lalang di lokasi.
Hari mulai gelap ketika ratusan perempuan dan anak-anak dari berbagai desa dengan tetap tenang memblokade jalan di depan mobil yang ditahan. Sejauh ini mobil dan penumpangnya masih dalam keadaan aman, bahkan warga sempat menawarkan makanan tetapi ditolak.
– Pkl. 18.00
Kondisi memanas ketika ketika beberapa orang yang ditahan keluar mobil. Warga pun merapatkan barisan untuk duduk mengelilingi mobil.
– Pkl. 18.40
"Kita bebaskan sandera, demi kemanusiaan!", teriak komandan pasukan mengawali aksi pasukan Brimob yang merangsek maju. Sekitar 250 personel Brimob dan Samapta begerak ke arah warga yang tetap duduk di sekitar mobil milik SG. Sambil meneriakkan cacian, ratusan polisi menyingkirkan warga yang mengelilingi mobil. Mereka menendang, memukul,menginjak dan melemparkan laki-laki dan perempuan yang tetap bertahan.Jeritan perempuan dan anak-anak yang panik mulai terdengar.
Warga yang menyaksikan tindakan kejam ini pun terpancing emosi. Sambil meneriakkan takbir, ratusan laki-laki, perempuan dan anak-anak melemparkan batu ke arah pasukan Brimob yang berusaha mengeluarkan penumpang mobil. Pasukan Brimob dapat dipukul mundur untuk beberapa saat.
Tak lama kemudian pasukan berpakaian hitam ini kembali merangsek maju untuk mengeluarkan penumpang mobil yang disandera. Hujan batu kembali terjadi disertai dengan tembakan dari polisi.
Laki-laki dan perempuan dari berbagai desa berusaha membalas tindakan polisi. Laki-laki yang melemparkan batu dibantu oleh perempuan yang bertugas mengumpulkan batu dari sekitar lokasi. Kaca-kaca mobil yang ditahan hancur dan body mobil ringsek.
– Pkl. 19.30
Bentrokan yang diakibatkan oleh tidak maunya birokrasi desa untuk bertemu dengan warga desa ini pun berakhir. Sembilan orang warga tolak semen ditahan, mereka adalah Sudarto, Kamsi, Sunarto, Zainul (Warga Desa Kedumulyo), Mualim, Sutikno (Warga desa Sukolilo), Wanto (Warga Desa Galiran), Gunarto (warga dsn. Kalioso, Kudus), dan Sukarman (warga desa Jimbaran Kec. Kayen).
Beberapa rumah tak luput dari lemparan batu yang terlontar dari arah Polisi yang merangsek. Dalam bentrokan ini kamera video dan foto yang dibawa oleh tim JM-PPK rusak.
Tuntutan sederhana warga untuk dapat bertemu dengan Kepala Desa mereka berakhir dengan korban di kedua belah pihak. Tiga belas polisi luka-luka akibat lemparan batu sedangkan puluhan warga tolak semen, baik laki-laki maupun perempuan, mengalami luka-luka akibat tindakan brutal aparat.
Tim Dokumentasi JM-PPK