Istilah “Samin” bukan lagi asing di telinga masyarakat kita, khususnya di masyarakat Jawa. Mendengar istilah itu bayangan orang bisa menuju kepada sebuah ikon dari sekumpulan petani yang dulu pernah membikin geger di pulau Jawa awal abad XX. Tokohnya dikenal sebagai Samin Surontiko. Tapi kata “Samin” kerap mengarahkan pula kepada kita akan makna konotatif; sebuah laku yang “tak normal”, rada-rada bloon, sekaligus keras kepala. Karena itu, begitu orang sudah kesal kepada seseorang, ia gampang meludahkan kata-kata, “dasar Samin!”.
Kedua makna di atas masih berdekatan. Sebagai catatan tentangnya menggambarkan Samin sebagai sekumpulan petani yang lugu, keras kepala, polos yang kini masih menyebar di sekitar Kabupaten Blora, Bojonegoro, Madiun, Pati, dan Kudus. Dari catatan penelitian mengenai pemberontakan petani di Indonesia, komunitas Saminlah yang paling sering disebut. Banyaknya penelitian soal Samin juga mengajukan begitu banyak perspektif ekonomi politik, antropologi sampai sastra. Bukan main!