Majalah Desantara Edisi 09/Tahun III/2003: Mbah Mutamakkin vs Cebolek; Suara Lain dari Kajen

Sempal berarti lepas, terpisah, dan terbuang dari unsure pokoknya. Ia selalu memunculkan kategori, juga standart bahwa lepas berarti pula musuh, bukan bagian, bahkan sama sekali yang lain. Kita seringkali lupa bahwa kategori sempal hanya mungkin ketika ia berada dalam sebuah ruang, diperantai oleh tafsir yang berakhir dengan klaim. Sumber utamanya adalah firman, sabda, atau otoritas yang dirujuk sebagai pengabsah untuk menundukkan dan membuat umat manusia lain untuk bertaubat. Kita juga kian lupa bahwa Alquran atau Injil turun dan diterima oleh orang yang berbeda-beda tanpa pernah mewajibkan untuk diresepsi secara lurus dan apa adanya.

Lagi-lagi ini terkait dengan standart dan kategori. Bahkan untuk memenuhi standart itulah sebuah lembaga dibentuk, dilegitimasi melalui SK untuk menentukan ajaran mana yang mesti dipegang dan mana yang harus dibuang. Ironis memang, karena lembaga ini tidak pernah bertanya atau mungkin sengaja menutup diri dari pemahaman bahwa hokum apapun yang berusaha dirilis dan kemudian berubah menjadi fatwa adalah kodifikasi yang sepatutnya tidak berpaling dari pengalaman layaknya sebuah asbabunnuzul atau asbabul wurud yang berpangkal dari realitas keseharian umat…
(Miftahus Surur)