Untuk edisi kali ini, kami menyajikan salah satu potret pergulatan Islam dan Jawa di sebuah kota tua, Pati. Dalam catatan Tome Pires, seorang penjelajah Portugis, Juwana (Pati) merupakan tempat terakhir perlawanan Majapahit terhadap kekuatan Islam Demak.
Pada abad ke-16, Gunung Muria masih terpisah dari Pulau Jawa. Di sekitar selat antara Pulau Jawa dan Pulau Muria inilah selain Demak dan Jepara, terdapat kerajaan-kerajaan lain seperti Pati dan Juwana. Dengan posisi seperti itu, maka Pati juga memiliki peranan sentral dalam perjumpaan Hindu, Jawa dan Islam, terutama mengingat posisinya yang terletak di antara Majapahit dan Demak. Bagaimanapun Pati adalah salah satu gerbang masuknya arus islamisasi dan juga kedatangan saudagar-saudagar dari Cina, Eropa, Arab, dan lain-lain di Pulau Jawa kala itu. Karenanya, menelusuri tapal-tapal pergulatan Hindu-Jawa dan Islam di Pati tetap menjadi petualangan yang amat menarik untuk melacak segala ritus resistensi dan kontestasi yang menyertainya hingga kini.