Majalah Desantara edisi kali ini menyuguhkan topic pergulatan agama (Islam) dan kebudayaan (tradisi dan kesenian) local di Madura. Sudah Lazim kita dengar hubungan antara kedua bidang ini digambarkan kurang harmonis. Komunitas Islam (santri) sebagai kelompok dominan berupaya meneguhkan identitasnya dengan cara mengidentifikasi orang di luar diri dan tradisinya (pesantren) sebagai bukan Islam, atau setidaknya kurang Islami. Penguatan identitas ekslusif ini pada gilirannya melahirkan peminggiran, stigma, dan diskriminasi yang terus direproduksi mulai dari forum-forum pengajian, hingga terlembagakan dalam institusi dan peraturan perundang-undangan pemerintah. Dalam konteks sosio-kultural semacam inilah kesenian semacam tandha’ dan mamaca beserta basis sosialnya di Pamekasan, Sumenep, dan wilayah lainnya di Madura kini coba bertahan agar tetap bisa eksis.