Suasana di hari rabu siang yang begitu terik saat di bulan November, nampak olehku suatu rumah yang di penuhi oleh sekitar 15 perempuan dari berbagai usia yang sedang menekuni pekerjaan sortir kopi. Kampung Kemili, Kecamatan Bebesen, kabupaten Aceh Tengah yang aku kunjungi ini memang dikenal dengan kampung gudang atau tempat penyortiran kopi.
Kampung Kemili, seperti pada umumnya kampung di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah dikenal dengan penghasil kopi terbesar se-Indonesia. Berkat usaha dari para pengusaha kopi yang telah siap dibawa menuju daerah Medan dan para pengekspor kopi yang ada di Medan, Sumatera Utara, kopi Aceh, khususnya kopi dari Aceh Tengah, telah diekspor diberbagai manca negara, seperti Brazil, Jepang dan negara-negara lainnya.
Panjang rumahnya sekitar 10 meter dari arah depan,rumah itu bercat kuning, dan beratapkan seng yang sudah mulai berkarat. Di teras rumah itu terdapat dua meja yang berukuran panjang terpisah disisi kanan dan sisi kiri teras, lalu ada beberapa kursi yang terbuat dari bahan plastik berjejer didekat dua meja panjang itu.
Terlihat para perempuan itu dengan tangan-tangannya terampil sekali menggerakkan jari-jari tangannya memilah-milah biji kopi yang berkualitas baik dan yang kurang berkualitas kurang baik. Disudut teras rumah itu ada beberapa goni atau karung yang berukuran 30 kilogram tertumpuk didekat meja panjang itu. Pemilik rumah sortiran biji kopi itu bernama Janur berusia 45 tahun, berperawakan kecil dan memakai kacamata. Sebenarnya pemilik gudang sortiran biji kopi itu adalah suaminya yang bernama Aman Iza, sedangkan Janur bertugas sebagai pengawas dirumah sortiran biji kopi milik suaminya, Janur adalah seorang bidan didesa tempat tinggalnya. Terkadang Janur juga ikut serta menyortir biji kopi dirumahnya bersama para perempuan penoyrtir itu. Janur menuturkan sudah 3 tahun ini rumahnya dijadikan tempat sortiran biji kopi,pada dasarnya keluarganya tidak memiliki kebun kopi, biji kopi yang sedang disortir dirumahnya itu dibeli oleh suaminya dari para petani kopi yang ada di kabupaten Aceh Tengah, dia membeli biji-biji kopi itu yang khusus telah siap akan disortir.
Janur menuturkan ada sekitar 15 belas perempuan dan terkadang bisa lebih dari itu, yang dari berbagai usia bekerja sebagai penyortir kopi di tempatnya. Setiap harinya biji-biji kopi yang telah siap disortir itu bisa menghasilkan sekitar 300 kilogram biji kopi yang telah siap disortir oleh para penyortir yang bekerja dirumahnya.Mereka, para perempuan penyortir itu mengistilahkan pesel untuk biji kopi yang kurang baik kualitas biji kopinya dan depe untuk nama biji kopi yang berkualitas bagus.
Janur menjelaskan para perempuan yang berkerja sebagai penyortir kopi tersebut merupakan pekerja yang tidak terikat atau bisa dikatakan pekerja lepas, mereka bisa kapan saja bekerja di tempatnya,kapan pun mereka inginkan. Sistem kerjanya dimulai dari jam 8 pagi sudah berkumpul di rumahnya, sampai menjelang sore hari sekitar pukul 4 atau 5 sore. Boleh tiap hari, boleh juga kapan mereka mau. Parabontot atau bekal makan siang masing-masing dari rumahnya. Bontot atau bekal makan siang itu terdiri dari dua rantang berukuran kecil, yang terdiri dari rantang atas berisikan nasi, dan rantang bawahnya berisikan sambal ikan goreng atau gulai ikan.
Di kelilingi oleh meja panjang itu, para perempuan penyortir biji kopi itu terlihat akrab menikmati makan siangnya dengan diselingin canda tawa dan gurauan antar mereka. Terkadang ujar mereka, mereka biasanya saling tukar-menukar sambal atau lauk pauk yang mereka miliki. Walaupun terkesan sederhana, akan tetapi bagi mereka hal itu merupakan saat-saat yang paling mereka suka. perempuan tersebut mayoritasnya merupakan tetangga disekitar rumahnya. Janur menjelaskan lagi para perempuan penyortir kopi tersebut diberi upah Rp.300 perkilo gramnya, dan setiap 3 hari atau seminggu sekali, mereka diberi upah sesuai dengan berapa banyak hasil sortiran biji kopi tersebut. Setiap pukul 1 siang, mereka istirahat untuk makan siang dan sholat, hingga pukul 2 siang, dan untuk makan siang,mereka membawa. Bersambung