Pengantar buku: “Saat ini di masa globalisasi dunia, dipimpin oleh korporasi perusahaan transnasional, keluarga menjadi agensi korporasi tersebut untuk globalisasi ekonomi-politik, social-budaya, dalam satu paket penyeimbang produksi dan konsumsi di pasar bebas. Maka identitas perempuan –tanpa masuk ke wilayah perdebatan homo dan heteroseksual- juga terbentuk dalam identitas keluarga sebagai agensi globalisasi”.
(Ruth Indiah Rahayu/Peneliti Feminis pada Institute Kajian Krisis dan Studi Pembangunan Alternatif)
Buku ini merupakan kumpulan tulisan yang sebagian besar bermula dari Call for Paper yang diadakan Desantara dengan tema “Perempuan, Gerakan Sosial dan Demokratisasi di tengah Multikulturalisme global”. Buku ini berisi beberapa tulisan. Semua tulisan didasarkan pada riset, walaupun pendek, yang dilakukan penulisnya yang selama ini bekerja pada wilayah tersebut.
Dalam tulisan pendahuluan, Ruth Indiah Rahayu, menyoal proses pembentukan identitas perempuan yang tak lepas dari proses “penciptaan” agensi globalisasi oleh korporasi transnasional.
Naning Ratningsih menulis “Peran Ekonomi Perempuan Nelayan: Studi tentang Pola Relasi Gender dalam Keluarga Perempuan Nelayan Muara Baru”.
Yulianingsih Riswan, menulis “Bu Carik dan Pak Carik: Autonomy and the Creation of Fluid Patriarchy in Jangkaran, Kulon Progo, Yogyakarta”. Yulianingsih menggambarkan mobilisasi perempuan dari desa di Jangkaran memasuki pasar kerja upahan di Malaysia dan Arab Suadi. Jenis kerja upahan di luar negeri merupakan perpanjangan dari kerja reproduktif dalam keluarga, yang dari jenis kerja mirip dengan kerja upahan di pabrik tekstil, garmen, yang menyerap tenaga kerja perempuan sangat besar.
Idham Arsyad lewat tulisan “Penetrasi Kapitalisme Pertambangan dan Ketidakadilan gender: Studi Kasus atas pertambangan PT Inco dan Dampaknya terhadap Perempuan di Desa Soroako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan”, menggambarkan penataan ruang untuk spasialisasi industri pertambangan yang telah menggusur dan memutuskan hubungan ekonomis perempuan dengan tanah dan danau-danau yang ada di sekitarnya.
Heru Prasetya, peneliti sekaligus Koordinator Lafadl Initiatives Yogyakarta menulis “Pakaian, Gaya, dan Identitas Perempuan Islam”, memaparkan kemunculan, perkembangan, dan makna sosial Jilbab di Indonesia.
Kemudian Amin Mudzakkir, Peneliti Muda LIPI. Lewat tulisan “Perempuan dan Demokrasi Lokal di Bali” mengangkat tentang “Ajeg” Bali sebagai respon atas politik penyeragaman Orde baru sekaligus globalisasi budaya.
Hilma Safitri, menulis tentang “Pemetaan Partisipatif dan Peran Perempuan dalam pengelolaan Sumberdaya Alam”. Hilma Safitri antara lain mengangkat peran perempuan Suku Wamesa dan Iroratu di Papua dalam pengelolan hutan mangrove.
Sebagai tulisan penutup, Muhammad Nurkhoiron, Direktur Desantara, yang melakukan refleksi atas semua tulisan dengan kerangka pergeseran peran peremmpuan di tingkat lokal maupun global, sehingga perempuan-perempuan tersebut layak disebut penyintas: Survivor.
ISBN : 978-979-359-608-2
Jumlah Halaman : 218
Editor : Ari Ujianto dan M Nurkhoiron
Penerbit : Desantara
Tahun Terbit : 2010
Harga : Rp55000
Harga Promo: Rp35000