Sejak tanggal 10 hingga 20 Maret 2010, Desantara bekerja sama dengan Nawaldwipa menyelenggarakan pelatihan menulis yang bertema Sekolah Multikultural. Acara yang diselenggarakan di Samarinda, Kalimantan Timur ini berjalan sukses meski ada perubahan peserta.
Dari 17 peserta yang mengirimkan abstraksi kurang dari separuhnya mengundurkan diri sehingga diganti peserta lain. Tetapi meski berubah pesertanya tak mengurangi hasil yang ditargetkan. Hingga hari terakhir, peserta rajin hadir dalam setiap sesinya. Memang ada satu dua peserta yang mengundurkan diri, tetapi pengunduran diri lebih karena persoalan teknis. Dalam evaluasi misalnya, peserta mengatakan pelatihan ini merupakan sesuatu yang baru, ya
ng belum pernah mereka dapat sebelumnya. Dari hasil pembicaraan peserta, panitia dan fasilitator, pelatihan juga akan diteruskan dengan mematangkan tema-tema yang ditulis peserta dan dipertajam supaya menjadi tulisan yang utuh.
Sebelum workshop, peserta diminta untuk membuat abstraksi. Abstraksi ini sedianya menjadi bahan bagi peserta untuk membuat kerangka tulisan sekaligus kritikan dari fasilitor dan peserta sehingga tulisan menjadi tajam dan fokus. Selain itu, mungkin biasanya, penelitian dan penulisan biasanya dilakukan oleh kampus sehingga karena dilakukan oleh NGO’s, menjadi point tersendiri.
Beberapa tema diantaranya, ada peserta yang menulis soal kulliner yang dikaitkan dengan etnisitas. Ia melihat, background etnis membentuk selera kulliner sendiri. Contoh yang lain, ada peserta yang menghubungkan antara ekosistem dengan buaya. Hancurnya ekosistem, membuat buaya di sepanjang aliran sungai di daerah penulis membuat buaya marah dan hampir tiap hari, ada orang dimakan buaya. rantai makanan yang terputus akibat limbah pabrik, membuat buaya menjadikan manusia sebagai mangsa.
Di akhir acara, para peserta juga melakukan diskusi dengan harian Tribun Kaltim yang melihat format ini bahkan menyediakan ruang kepada peserta untuk menulis. Para peserta akan melakukan pertemuan dua mingguan.[]
Novi Yana, Desantara