Suatu hari seorang Sedulur Sikep mau mengurus SIM ke polsek. Pas dia mau masuk dia berpapasan dengan sepasang orang bule yang memakai baju kaos oblong dan bercelana pendek Hawaii. Tampaknya dua orang bule itu baru selesai mengurus sesuatu. Si sedulur sikep ini hanya menoleh sebentar dan bergegas masuk. Tiba-tiba dia dicegat oleh seorang petugas polisi.
Petugas : Hei, berhenti. Kamu nggak boleh masuk.
X : Nggak boleh masuk? Kenapa? Saya kan mau ngurus SIM.
Petugas : Ya, pokoknya kamu nggak boleh masuk. Kamu pake celana pendek. Itu artinya tidak menghormati petugas.
X : Lah, apa hubungannya bikin SIM dengan celana pendek. Saya pake motor kan bisa saja pake celana pendek.
Petugas : Ya, ini di kantor. Nggak boleh pake celana pendek. Kalau kamu mau masuk harus pake celana panjang dulu.
X : Lah, emang yang mau bikin SIM celana pendek atau celana panjang?
Petugas : (Garuk-garuk kepala) Kamu ini bikin susah aja.
X : Lah iya. Yang mau bikin SIM kan saya, bukan celana pendek atau celana panjang.
Petugas : Peduli amat. Yang penting kamu nggak boleh masuk. Kalau mau masuk harus pake celana panjang.
Akhirnya dengan bersungut-sungut si Sedulur Sikep celingak-celinguk. Kebetulan di dekat situ ada orang yang kenal dengan dia dan memakai celana panjang. Ia minta pinjam dan dipinjamin.
X : Celana panjang boleh masuk pak?
Petugas : Ehm. Ya, boleh.
X : Eh, sebentar. Tadi dua orang bule kayaknya barusan dari sini. Iya?
Petugas : Benar.
X : Lah, kan dia bedua pake celana pendek. Kok, boleh masuk?
Petugas : ………. (Garuk-garuk kepala). Mereka kan orang asing, turis. Jadi harus dihormati.
X : Lah, emang yang punya daerah ini siapa?
Petugas : Ya, kita dong.
X : Masa ini daerah punya kita tapi saya orang pribumi nggak bisa masuk ke kantor cuman karena pake celana pendek sedangkan dia bisa? Memang lebih berhak mana?
Petugas : Iya, ya.
X : Kalau mau negakin aturan, jangan lihat bulunya pak. Mentang-mentang bulu saya sawo matang dia bulunya kaya kera putih dibolehin. Atau jangan-jangan kita ini belum merdeka, ya. Persis kaya dulu, ada tulisan, “Pribumi dan Anjing Dilarang Masuk”, tepat di kantor-kantor orang Belanda. Terus lagi, hutan-hutan di tempat saya juga udah habis semua. Semua diambil sama orang asing. Bener-bener dah. Desantara