Bung Riza
Saya membaca tentang Syeikh Nafis. Kemudian saya pegang buku berjudul “Manakib Syekh Muhammad Nafis al-Banjari dan Ajarannya” terbitan Sahabat: Kandangan, 2003. Memuat alih tulisan Arab Melayu ke tulisan Latin dan Kibab Al-Durr al-Nafis. Versi Arab Melayu Al-Durr al-Nafis yang saya pegang adalah kitab warisan almarhum kakek saya dari garis ibu, Harmain bin Imil. Kitab ini diterbitkan oleh Penerbit Sulaiman Mar’i wa Syirkah: Surabaya, tanpa tahun.
Di dalam bagian tentang Wagdar al-Af’al, Syeikh Nafis menyetir tentang Dua Surga. Al-Quran telah menyinggung hal ini: “Dan bagi sesiapa yang takut akan maqam Rabb-nya baginya dua surga.” (QS. Al-Rahman: 46). Menurut Syeikh Nafis, dua surga ini yaitu surga makrifat dan surga di akhirat.
Kalangan Salafi, Wahabi, dan Jihadis akan menyanggah tentang surga makrifat. Pasalnya, surga makrifat dicapai melalui pembersihan atas nafs ammarah bi al-su’, yakni hawa nafsu yang mengarahkan pada keburukan. Surga makrifat akan digapai melalui pembersihan pada penyakit hati berupa riya’, ‘ujub, sum’ah, dan syirik khafi. Wahabi membid’ahkan ilmu makrifat dan tentu surga makrifat bagi dia nonsense. Alhasil, bergelimanglah dengan penyakit hati dan sumbernya, ammarah bi al-su’.
Bagi Syekh Nafis, ada tiga jalan menuju hadhrat Zat Allah. Pertama, musyahadah nur Muhammad SAW. Dilakukan dengan melazimkan shalawat disertai musyahadah bahwa segala sesuatu terbit dari Nur Muhammad. Kedua, musyahadah asma’ dan sifat. Ketiga, jadzbah ilahiyyah.
Bagi Wahabi, Nur Muhammad bid’ah, tidak bid’ah ya mereka. Wajar, wahabi itu agnostik saleh. Satu halte sama Bertrand Russell yang agnostik sekular. Hanya saja Russell mas’yuk menikmati asap rokoknya, Wahabi melongo karena tak bisa menikmati rokok.