Info Produk Terbaru Desantara Foundation
Perempuan Aceh hadir sebagai subjek, melengkapi gagasan ke-Aceh-an dan ke-Islam-an, dari sebuah peta multikultur atas identitas orang Aceh yang plural. Jejak negosiasi perempuan Aceh yang terbaca dalam narasi kepentingan kolonialisme, nasionalisme (masa kesultanan sampai fase bersama Indonesia) menyusul konflik antara GAM dan TNI, dan bencana tsunami merupakan sebuah respon (baca: resistensi) atas rezim yang mencoba merepresentasikannya. Perempuan yang menjadi korban konflik GAM-TNI dan bencana tsunami membentuk sebuah memori kolektif berhasil berkomunikasi dengan kepentingan perempuan secara luas. Suara-suara perempuan Aceh mulai terdengar jelas.
Srinthil edisi 15 “Jejak Negosiasi Perempuan Aceh,” mencoba melihat lebih dalam pola resistensi yang dibangun oleh perempuan Aceh. Pembacaan atas negosiasi perempuan yang memiliki keterkaitan dengan sejarah pembentukan entitas etnis (Aceh-Islam), mendorong kajian lebih detil pada sejarah perjumpaan antara kolonialisme dan awal nasionalisme orang Aceh. Kajian mengenai formalisasi Syariat Islam, narasi perempuan dalam tradisi tutur dan hikayat, serta Inong dalam lintasan patriarki menjadi varian pendukung bagaimana negosiasi tersebut diartikulasikan. Pergulatan perempuan dalam lintasan sejarah patriarki Aceh merupakan penanda penting bagi kebangkitan perempuan, diteladani sebagai moral perlawanan perempuan dalam sistem hegemoni dan seluruh kaitan relasi kepentingan yang berpotensi menindas. Silahkan klik untuk memesan produk terbaru dari Srinthil Kajian Perempuan Multikultural – Desantara Foundation.