Kerudung Santet Gandung

Sebuah novel dengan judul Kerudung Santet Gandrung ini, berisi suatu kisah tentang penari Gandrung yang bernama Merlin, memainkan siasatnya untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Walaupun pada awalnya, dia sangat dianggap negatif; karena Gandrung bagi masyarakat sana –waktu itu, masih dianggap melenceng dari jalur-jalur keagamaan; mengumbar nafsu, membuka aurat, malahan –bagi mereka, kadang menggunakan pelet untuk memikat penontonnya yang kebanyakan laki-laki.Nah, di sini, Hasnan Singodimayan (penulis), meraciknya secara apik tiap untaian kata sehingga menjadi alur yang tidak membosankan seandainya dibaca. Karena, selain penulisnya orang pribumi sendiri, kata-kata yang dipakainya pun gamblang untuk menggambarkan realitas yang terjadi.

Novel ini, secara keseluruhan, menggunakan setting sosial budaya Using, Banyuwangi, Jawa Timur. Keterangan mengenai sejarah daerah dan budaya Using, bisa dilihat dari Catatan Pembuka dari novel ini yang sedikit diungkap oleh Novi Anoegrajekti, Gandrung Yang Gandrung (vii-xvii). Hasnan Singodimayan berhasil membuat satu ulasan yang menarik; kontestasi, relasi, dan carut-marutnya antara Gandrung, masyarakat, dan Pemerintah dalam memaknai halal-haram, teis-ateis, dan legal-ilegal agar bisa bersanding menjadi lantunan lagu yang harmonis. Makanya, kenapa harus Gandrung yang diangkat dalam novel ini, padahal, selain Gandrung, Komunitas Using mempunyai seni tradisi yang banyak berkembang; Janger, Mocoan, Kuntulan, dan Angklung.

Di dalam Novel ini, Hasnan membagi menjadi dua sub tema. Pertama, Yang Gandrung Penari, dan kedua, Kerudung Baju Selubung. Yang Gandrung Penari, mengisahkan tentang perjalanan Merlin dalam meniti karirnya menjadi penari Gandrung. Di situ Merlin diibaratkan Marilyn Monroe yang dikagumi oleh penggemarnya. Sampai-sampai ada salah satu duda (Iqbal) yang memper-istrinya. Di sinilah muncul problematika yang rumit.

Gandrungnya molek, berkulit putih

Gadis desa yang tiada duanya lagi

Pandai menari dan pandai menyanyi

Lempar selendang, perisai pribadi

Mahkota gemerlap bermata bening

Maju mendekat sambil mengerling

Geleng kepala lehernya jenjang

Pinggul bergoyang, jangan dipegang

Mari menari tiga tiga, kanda

Waran selendang, berwarna jingga

Yang seorang sudah menari, kanda

Yang dua masih tegak waspada

Ikat kepala dipakai gila, kanda

Tampak jantanya berwajah gagah.

Sub judul yang kedua, Kerudung Baju Selubung, dimulailah pertentangan yang maha dahsyat antara Merlin dan keluarganya Iqbal (suami Merlin). Karena, Merlin merupakan penari Gandrung, sedangkan keluarga Iqbal adalah orang “beragama” yang menganggap bahwa gandrung itu haram. Padahal, Merlin sendiri –di sub judul yang ke dua ini, sudah tidak menjadi penari gandrung lagi, tetapi sudah menjadi seorang penyanyi lagu-lagu daerah dan sesekali bertindak sebagai sinden. Tampaknya, mantan penari Gandrung ini masih belum bisa diterima oleh keluargnya Iqbal yang berkerudung dan berbaju selubung. Mulai dari sinilah, Iqbal dan Merlin mengatur siasat, strategi, dan taktik agar bisa diterima oleh keluarganya Iqbal walau pun menunaikan haji menjadi alternatif yang paling ampuh untuk dijalani.

Memang, dalam Novel ini bisa kita temukan banyak sekali istilah “Using” yang sukar dipahami bagi orang awam. Keterangan istilah dalam catatan akhir novel ini, tidak begitu menyeluruh sehingga masih banyak istilah yang sukar dipahami dan tertinggal yang menunggu diberikan keterangan. Namun, tentunya tidak menghilangkan aroma-aroma isi dari novel ini yang sangat sederhana dan mudah dicerna. Walaupun isinya sangat dahsyat.

 

ISBN : 979-96461-6-2

Jumlah Halaman : 214

Hasnan Singodimayan

Penerbit : Desantara Foundation

Tahun Terbit : 2003