Srinthil edisi 23: Perempuan petani mengelola perubahan

Ada banyak permasalahan dihadapi oleh petani yang tidak hanya berfokus pada renik-renik penguasaan tanah yang selama ini telah menjadi kajian yang tak pernah putus. Tanah memang hal yang utama bagi petani, tetapi yang dihadapi bukan hanya itu. Pun demikian perjuangan untuk mengatasi permasalahan tersebut, sehingga beberapa kalangan menyebut gerakan mereka sebagai “new farmer movement”.

Ada yang berjuang untuk menuntut subsidi yang lebih besar dalam pengadaan bibit dan pupuk, penambahan kredit, merespon harga gabah, pengelolaan air/irigasi dan sebagainya. Menurut Brass dkk (1994), gerakan tersebut tak lepas dari upaya merespon pembangunan yang kapitalistik di sektor pertanian. Para petani merasa terjebak dalam pusaran pasar bebas sehingga perubahan dalam ekonomi, sosial dan politik semakin menyingkirkan mereka.

Daftar Isi:

EDITORIAL
Perempuan Petani Simbar Wareh dan Perjuangan Mengelola Perubahan — halaman 06

LIPUTAN UTAMA
Gerakan Perempuan Kendeng Menolak Pabrik Semen — halaman 08

LIPUTAN UTAMA
Simbar Wareh: Bergerak di Tengah Ancaman Pemiskinan — halaman 20

LIPUTAN UTAMA
Simbar Wareh dan Kontekstualisasi Kearifan Lingkungan — halaman 34

KESAKSIAN
“Yen wong berjuang nek mung lanang thok, kuwi biasane ora berhasil” –halaman 50

APRESIASI
Ora Ubet Ora Ngliwet: Keswadayaan Perempuan dalam Krisis di Pedesaan Jawa — halaman 56

APRESIASI
Pengalaman Batin (Esoterik); ‘Pengalaman Bersama’ Pengorganisiran — halaman 64

LIPUTAN KHUSUS
T — halaman 80